Senin, 03 Februari 2025

You're My Candle Light

https://pin.it/2KWYEkRMQ

Candle Light

https://open.spotify.com/intl-id/track/6nUpdTLUSel3Zp6lhHZRbX?si=8adeaf8e6836472b

Lagu "Candle Light" milik NCT DREAM membawa nuansa lembut dan emosional yang berbeda dari banyak lagu K-pop lainnya. Dirilis dalam album "Glitch Mode" pada tahun 2022, lagu ini menonjolkan sisi lebih tenang dan reflektif dari grup ini. Tema utama lagu ini berbicara tentang cinta yang tulus dan perhatian tanpa syarat, di mana liriknya menggunakan metafora cahaya lilin untuk menggambarkan perasaan hangat yang bisa memberi penerangan dalam kegelapan. Frasa seperti "I'll be your candlelight" menggambarkan seseorang yang siap memberikan dukungan dan kenyamanan, meskipun di saat-saat sulit sekalipun, menunjukkan bahwa kehadiran dan komitmen dalam hubungan adalah yang paling penting.

Secara musikal, "Candle Light" memiliki aransemen yang lembut dan menenangkan, dengan instrumen ringan seperti piano dan gitar, serta beat yang subtil. Hal ini menciptakan suasana yang tenang dan nyaman, mendukung tema lagu yang ingin disampaikan. Vokal anggota NCT DREAM juga sangat emosional dan penuh penghayatan, berbeda dari gaya mereka yang biasa lebih energik. Mereka menunjukkan kemampuan vokal yang melodius, dengan beberapa bagian yang menggunakan harmoni dan falsetto untuk menambah kedalaman perasaan dalam lagu. Dinamika suara yang cermat memperkuat pesan emosional lagu, dengan transisi yang halus antara bagian-bagian lembut dan puncak lagu yang memberi ketegangan emosional yang mendalam.

Lagu ini tidak hanya menyentuh secara lirik dan musikal, tetapi juga berhasil menciptakan koneksi yang kuat dengan pendengarnya. Tema tentang menjadi penerang dalam kegelapan dan saling mendukung dalam hubungan adalah pesan universal yang dapat dirasakan banyak orang, baik dalam konteks cinta romantis maupun persahabatan. Lagu ini mengingatkan kita akan pentingnya kehadiran seseorang dalam hidup, yang menjadi cahaya saat kita merasa terpuruk. Meskipun tidak ada video musik resmi untuk lagu ini, konsep visual yang muncul dalam penampilan grup di panggung, dengan pencahayaan yang redup dan minimalis, semakin mempertegas pesan tentang cinta yang abadi dan ketulusan yang ingin disampaikan.

Secara keseluruhan, "Candle Light" adalah lagu yang penuh dengan kedalaman emosional dan kehangatan. Melalui lirik yang menyentuh dan musik yang menenangkan, NCT DREAM berhasil menunjukkan sisi yang lebih intim dan pribadi dari diri mereka. Lagu ini memberikan pendengar rasa kenyamanan dan pengertian, mengingatkan kita bahwa dalam dunia yang sering kali penuh dengan ketegangan, ada tempat untuk cinta yang tidak bersyarat, di mana seseorang selalu ada untuk kita, layaknya cahaya lilin yang tetap menyinari meskipun badai datang.


Katanya Berbicara Mengenai Kenyataan.

 

https://pin.it/4PFM4G9KG

Kenyataannya ──terkadang orang yang selalu ada untuk orang lain, membutuhkan seseorang di sana untuk mereka. Terkadang, orang yang paling banyak tersenyum menyimpan luka yang paling dalam. Terkadang orang yang menyemangati semua orang di sekitarnya perlu diberi tahu bahwa mereka dihargai, bahwa mereka penting, terkadang mereka sendiri perlu disemangati.

Jadi, jikalau Anda adalah orang yang selalu ada untuk orang lain, ketahuilah bahwa hati Anda langka. Ketahuilah bahwa Anda memiliki kemampuan untuk menenangkan badai dalam diri orang lain, anugerah indah yang telah meringankan sakit mata dan pikiran yang terluka. Ketahuilah bahwa Anda memberi orang harapan, bahwa Anda menginspirasi mereka dengan mengakui bagian- bagian diri mereka yang paling diabaikan, bahwa Anda membuat orang merasa diinginkan, bahwa Anda membuat orang merasa diperhatikan.

MAYBE : BILA NANTI SUDAH BERPIHAK.

 

https://pin.it/4kqRnBbYY

Angin musim dingin yang menusuk datang dari arah timur, menyelimuti Edinburgh dalam suasana suram dan penuh kabut. Kota ini selalu memancarkan pesona klasik, dengan jalanan berbatu, bangunan tua yang terbuat dari batu hitam, dan suasana abad pertengahan yang begitu kental. Di tengah-tengah keindahan kota ini, ada sebuah kafe kecil bernama The Quill & Brew yang sering dikunjungi oleh mereka yang mencari kehangatan dan kenyamanan. Kafe itu menjadi tempat berkumpul bagi penulis, seniman, dan para pencari inspirasi. Sebuah tempat di mana kopi panas bertemu dengan ide-ide liar, dan dunia bisa dihentikan sejenak.

Sophie, seorang penulis muda yang baru saja pindah ke Edinburgh, adalah salah satu pengunjung tetap kafe tersebut. Setiap pagi, dia datang lebih awal, sebelum kafe itu dipenuhi dengan pelanggan lainnya. Ia memilih duduk di sudut dekat jendela besar yang menghadap ke jalanan berlapis salju. Di depannya, laptop terbuka, dengan layar yang dipenuhi paragraf-paragraf yang belum selesai, seolah-olah kata-kata itu enggan keluar. Kopi hitam tanpa gula, selalu pesanan favoritnya, berdiri di samping laptop, menunggu untuk menjadi teman dalam proses penciptaannya.

Hari itu, seperti biasa, Sophie terjebak dalam kebuntuan kreatif. Penulisannya terasa datar dan membosankan, bahkan dia sendiri merasa tidak bisa menulis dengan bebas seperti biasanya. Cerita tentang seorang wanita yang terperangkap dalam labirin waktu tampaknya terlalu berat untuk dibawa. Sophie sering merasa seolah-olah dunia di sekelilingnya terlalu membingungkan untuk dimasukkan ke dalam tulisan.

Di belakang bar, Alex sedang sibuk menyiapkan pesanan untuk pelanggan lainnya. Rambut hitamnya agak berantakan, dengan kacamata tebal yang menambah kesan cerdas pada dirinya. Meskipun ia bekerja sebagai barista, Alex sebenarnya memiliki gelar sastra dan telah lama mengagumi dunia penulisan. Namun, hidup membawanya ke jalur yang berbeda—ke dunia kopi. Setiap hari, dia melayani banyak orang yang datang ke kafe dengan berbagai tujuan: ada yang sekadar ingin menghangatkan tubuh, ada yang sibuk dengan pekerjaan, dan ada juga yang seperti Sophie—mereka yang datang untuk berjuang dengan kata-kata.

Melihat Sophie yang tampak terhimpit dengan ide-ide yang tidak kunjung datang, Alex merasa penasaran. Ia sudah mengenalnya cukup lama. Setiap hari, Sophie datang, membuka laptop, dan tenggelam dalam dunia imajinasi yang tidak selalu berjalan lancar. Kadang, ia melihatnya bergulat dengan layar, mengetik dan menghapus kalimat berkali-kali, seperti mencari sesuatu yang tidak bisa ditemukan.

"Espresso double, seperti biasa?" tanya Alex dengan nada santai sambil mengarahkan pandangannya ke arah Sophie yang terlihat begitu tenggelam dalam kebuntuan.

Sophie mengangguk, masih menatap layar dengan serius. "Ya, terima kasih," jawabnya tanpa melihat.

Alex membuatkan kopi dengan cekatan, melibatkan seluruh perhatian pada proses menyeduh. Mungkin tak ada yang lebih memuaskan bagi seorang barista selain meracik kopi yang sempurna. Namun, hari itu, ada sesuatu yang membuatnya merasa ingin lebih daripada sekadar memberi kopi.

Setelah secangkir espresso double diserahkan, Alex berhenti di meja Sophie, meletakkan cangkir di samping laptop. "Apa yang sedang kamu tulis hari ini?" tanyanya, sedikit ragu.

Sophie mengangkat pandangannya, sedikit terkejut, lalu menghela napas panjang. "Tentang seorang wanita yang terperangkap dalam waktu... tapi... saya tidak tahu bagaimana melanjutkannya."

Alex tersenyum kecil, menatap layar Sophie yang penuh dengan kata-kata yang tampaknya belum menemukan tempatnya. "Kenapa tidak mencoba menulis tentang apa yang terjadi di sekitar kita?" sarannya, masih dengan suara yang tidak terlalu meyakinkan. "Mungkin itu bisa memberi sedikit arah."

Sophie menatap Alex sejenak, merasakan sesuatu yang berbeda dalam saran itu. "Apa maksudmu?" tanyanya, merasa penasaran.

"Kadang-kadang kita terlalu terjebak dalam mencari sesuatu yang besar dan jauh, padahal hal-hal kecil di sekitar kita mungkin bisa memberi kita inspirasi. Seperti kafe ini—tempat ini penuh dengan cerita," jawab Alex, sambil mengamati suasana kafe yang mulai dipenuhi pelanggan. Ada pasangan yang duduk di meja sebelah, tertawa ringan, ada seorang wanita tua yang membaca buku, dan seorang mahasiswa yang sibuk menulis di buku catatannya. "Setiap orang datang ke sini dengan cerita mereka masing-masing. Mungkin itu bisa menjadi bahan tulisanmu."

Sophie terdiam. Kata-kata Alex menggelitik pikirannya. Dunia nyata yang sering dia abaikan bisa jadi lebih menarik dari yang ia kira. Dengan pelan, Sophie mulai mengetik lagi, kali ini dengan cara yang berbeda. Bukannya melawan kebuntuan kreatif, ia justru mulai menulis tentang orang-orang yang ia lihat di kafe itu—tentang wanita tua yang duduk di pojok dengan wajah yang penuh kerut, tentang pasangan yang seolah saling berbicara lewat senyuman tanpa perlu kata-kata. Semua itu terasa seperti petunjuk kecil yang membimbingnya menuju jalan keluar dari kebuntuan kreatif yang selama ini menahannya.

Selama beberapa jam berikutnya, Sophie tidak lagi merasa tertekan. Dia menulis, membiarkan kata-kata mengalir begitu saja, mengikuti ritme dunia di sekelilingnya. Terkadang, ia mencuri pandang ke luar jendela, menyaksikan salju yang turun perlahan, atau mendengarkan suara percakapan di sekelilingnya yang mengisi udara dengan kehidupan.

Sementara itu, Alex terus bekerja di belakang bar, melayani pelanggan dan menyajikan secangkir kopi setelah secangkir kopi. Namun, ia tidak bisa menahan rasa bangga melihat Sophie yang kini menulis dengan lancar. Terkadang, seorang barista hanya perlu memberi sedikit dorongan, dan itu cukup untuk mendorong seseorang menemukan kembali inspirasi mereka.

Saat kafe mulai sepi, dan angin malam mulai berhembus lebih kencang, Sophie menutup laptopnya, merasa puas dengan hasil kerjanya. Ia menoleh ke arah Alex yang sedang membersihkan meja.

"Terima kasih," katanya dengan tulus. "Kamu benar. Aku perlu melihat sekelilingku lebih sering."

Alex tersenyum, mengangguk ringan. "Kadang-kadang, kita hanya perlu sedikit pengingat. Semua cerita ada di sekitar kita."

Sophie meninggalkan The Quill & Brew malam itu dengan perasaan ringan. Mungkin hidup tidak selalu harus dicari di tempat yang jauh. Terkadang, inspirasi datang dalam bentuk yang paling sederhana: secangkir kopi, sebuah percakapan singkat, dan sebuah kafe yang penuh dengan kehidupan.

Dan siapa tahu? Mungkin suatu hari, cerita tentang seorang barista dan seorang penulis muda yang bertemu di tengah jalan hidup akan menjadi cerita yang Sophie tulis. Sebuah cerita yang dimulai dengan sebuah senyuman dan berakhir dengan sebuah kata-kata yang tepat.

Minggu, 02 Februari 2025

Memuat isi buku ; Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa Apa.

https://images.app.goo.gl/ywt1Xt2Qvck6wPue9

Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-apa karya Alvi Syahrin adalah sebuah buku yang mengajak pembaca untuk merenungkan makna hidup, pencapaian, dan kegagalan. Buku ini berbicara tentang kenyataan bahwa tidak semua orang bisa menjadi seperti yang diharapkan atau mencapai tujuan yang besar dalam hidup. Dengan gaya bahasa yang lugas dan mudah dipahami, Alvi mencoba menggugah pembaca untuk melihat bahwa kesuksesan bukanlah satu-satunya tujuan hidup yang layak untuk dikejar.
Buku ini menyampaikan pesan bahwa ketidakberhasilan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses hidup yang perlu diterima dengan lapang dada. Alvi menekankan pentingnya penerimaan diri dan menyarankan agar kita tidak terlalu terbebani dengan harapan orang lain atau standar kesuksesan yang dibentuk oleh masyarakat. Ketika kita tidak jadi apa-apa, itu bukan berarti hidup kita tidak berarti, melainkan sebuah kesempatan untuk menemukan kedamaian dalam ketidaksempurnaan.

Dalam setiap bab, Alvi juga berbicara tentang pencarian makna hidup yang lebih dalam. Dia mengajak pembaca untuk menggali kembali apa yang sebenarnya penting bagi diri kita, bukan sekadar mengejar materi atau status sosial. Buku ini mengajak kita untuk lebih fokus pada kebahagiaan internal, hubungan dengan orang lain, dan pengertian tentang diri sendiri, daripada terjebak pada pencapaian eksternal yang sering kali hanya bersifat sementara.

Selain itu, *Jika Kita Tak Jadi Apa-apa* juga memperlihatkan bahwa kegagalan adalah bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan hidup. Banyak orang yang merasa takut gagal atau takut tidak mencapai sesuatu yang besar, padahal kegagalan itu sendiri bisa mengajarkan banyak hal berharga. Dalam buku ini, kegagalan dipandang sebagai pengalaman yang bisa memperkaya hidup kita, mengajarkan ketabahan, dan membawa kita menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri.

Secara keseluruhan, buku ini memberikan perspektif yang menyegarkan tentang hidup dan kesuksesan. Alvi Syahrin berhasil menyajikan sebuah karya yang mendorong pembaca untuk lebih menerima diri, mengurangi tekanan terhadap diri sendiri, dan mencari kebahagiaan dalam perjalanan hidup, bukan hanya dalam pencapaian besar. Buku ini sangat cocok untuk mereka yang sedang berjuang dengan ekspektasi hidup dan mencari kedamaian batin, serta pemahaman tentang arti sejati dari kesuksesan.

Sumber ; https://www.gramedia.com/best-seller/review-buku-jika-kita-tak-pernah-jadi-apa-apa/?srsltid=AfmBOooU0JIKun6dimBEN32YwHR3coFxOZ6YzJDg2kQJhP466UyVg6i0

Sabtu, 01 Februari 2025

quote chapter #3 ; you still deserve.

https://pin.it/4O71H9l8E

"Kamu berhak mendapatkan orang-orang yang mendengarkan celotehanmu. Kamu berhak mendapatkan orang-orang yang menyukainya saat kamu bersemangat, saat kamu bahagia. Kamu berhak mendapatkan orang-orang yang menanyakan kabarmu dan ingin melihatmu baik-baik saja, orang-orang yang tidak hanya menerimamu apa adanya - tetapi juga bersukacita karenanya.."

quote chapter #2 ; about "bunga maaf"

"The beautiful thing about life is we can always hit reset. I took a shower, made some tea, forgave myself for my mistakes, made a new plan, prayed and tomorrow I will start fresh, you can too."

quote chapter #1 ; what's wrong with you?


Kamu bertanya-tanya mengapa aku tidak berbicara, tapi apakah kamu ingat betapa kerasnya aku mencoba untuk berbicara? Apakah kamu ingat itu?

You're My Candle Light

https://pin.it/2KWYEkRMQ Candle Light https://open.spotify.com/intl-id/track/6nUpdTLUSel3Zp6lhHZRbX?si=8adeaf8e6836472b Lagu "Candle Li...